Senin, 16 Februari 2009

WASPADA TERHADAP KETIK: REG (SPASI) ….

WASPADA TERHADAP KETIK: REG (SPASI) ….

Hasil perkembangan teknologi tidak terelakkan bagi kehidupan masyarakat pada umunya. Setiap hari, minggu, bulan selalu terdengar di telinga kita munculnya produk baru atau pengembangan produk yang sudah ada. Awalnya produk tersebut dianggap masyarakat merupakan barang yang tidak bias dimiliki kecuali oleh kalangan tertentu saja, tetapi sekarang hampir seluruh masyarakat hingga mereka yang berada pada tingkatan sosial dan ekonomi terendahpun memilikinya. Handphone contohnya, bukan lagi merupakan barang mewah yang hanya dimiliki orang-orang berduit saja, kini hampir setiap rumah memiliki alat komunikasi yang canggih ini.
Penyebaran beragam produk alat komunikasi sangatlah pesat, baik yang berkaitan dengan jenis, tipe, dan merek handphone maupun konten-konten ( isi / program ) tertentu yang banyak diminta masyarakat, atau momen-momen tertentu yang lagi hangat bagi kalangan kita, terus digencarkan.
Tentunya hal itu tidak terlepas dari peran serta dunia periklanan, baik cetak maupun elektronik, yang mempunyai daya magnet begitu cepat dalam menyedot perhatian dan minat masyarakat untuk lebih tahu dan mencoba hal-hal yang baru bagi mereka.
Kondisi semacam ini merupakan pangsa pasar yang sangat menggiurkan dan subur bagi kalangan yang meraup materi. Sehingga muncul pula penawaran-penawaran akan produk penunjang dan mempercantik hal itu.
Diantara iklan yang kerap kita lihat di layer-layar televisi yang memanfaatkan perkembangan handphone adalah; Anda ingin mengubah hidup anda, ketik reg (spasi ) primbon. Ketik reg ( spasi ) mama. Ketik reg ( spasi ) nama tanggal lahir. Dan iklan lainnya yang sejenis.
Iklan-iklan tersebut jika kita perrhatikan sepintas, tampak merupakan hal yang sepele atau mungkin hal itu termasuk upaya membantu permasalahan hidup lewat kecanggihan teknologi dengan biaya yang murah. Akan tetapi apakah iklan-iklan itu terbebas dari sorotan hokum Islam atau bahkan mengandung implikasi terhadap keimanan kita ?
Jika kita cermati iklan-iklan tersebut, akan timbul pertanyaan di benak kita, apakah mereka itu mampu mengetahui perkara yang belum terja, di ( ghaib ), menggambarkannya, bahkan menghindarkan orang lainnya darinya, sehingga mereka mampu memberi tahu perkara yang dapat mendatangkan manfaat atau dapat menolak mudharat dari diri seseorang? Bukankah manusia itu makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan berbagai macam keterbatasan fisik maupun akal? Bukankah manusia itu dengan akal sehatnya tidak mungkin mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya? Jangankan pada manusia mendatang, lima menit ke depan saja kita sama sekali tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Allah SWT berfirman, artinya, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Luqman : 34)
Firman Allah SWT, artinya, “Katakanlah (wahai Muhammad) : “Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa pebendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakn kepadamu, bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” Katakanlah: “Apakah sama orang buta dengan yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)?” (Q.S al-An’Am : 50)
Firman Allah SWT, artinya, “Katakanlah, aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang beriman. (Q.S al-A’raf: 188).
Dari Aisyah r.a. mudah-mudah Allah meridhainya berkata, “Barangsiapa yang mengklaim, bahwa dirinya mampu mengabarkan apa yang akan terjadi pada hari esok, sungguh dia telah melakukan kebohongan terhadap Allah, padahal Allah telah berfirman, “Katakanlah (wahai Muhammad)” “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (Q.S an-Naml: 65, H.R Muslim).
Merupakan hal yang wajib kita imani, bahwa apa yang akan terjadi pada hari esok, rizki, nasib seseorang, jodoh, atau lainnya merupakan perkara yang ghaib, yang tidak mungkin akal manusia tidak akan mampu mengubah nasib seseorang pada masa mendatang.
Orang yang mengaku, bahwa dirinya mampu melakukan hal-hal tersebut dia atas tergolong dalam pandangan syariat Islam sebagai tukang sihir. Sihir merupakan penyelewengan terhadap hakikat keimanan kepada Allah SWT, sehingga orang-orang yang tergolong di dalamnya termasuk makhluk yang keluar dari kodratnya sebagai hamba Allah SWT yang wajib beriman kepadaNya.
Al-Iman Muhammad Amin asy-Syinqithi berkata, “Ketika al-Qur’an itu menetapkan, bahwa tidak ada yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah, maka seluruh sarana-sarana yang digunakan untuk mengarah kepada perkara ghaib selain dari jalan wahyu merupakan kesesatan yang nyata, bahkan sebagiannya merupakan kekufuran.”
Allah SWT mengecam dan menghukumi dengan kekufuran bagi makhluk yang menganggap dirinya mengetahui kekhususan Allah SWT tersebut (mengetahui hal ghaib). Firman Allah SWT, artinya, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.” (Q.S al-Baqarah: 102)
Dari Ibnu Abbas, mudah-mudah Allah SWT meridhai keduanya berkata, Rasulullah SAW besabda, “Barangsiapa yang mengambil bintang (meyakini akan adanya pengaruh terhadap kehidupan), maka sungguh dia telah mengambil sihir untuk dirinya, dia semakin tenggelam dalam hal ini.” (H.R Abu Dawud dengan sanad shahih).
Dalam hadist qudtsi, Allah SWT berfirman, “Di waktu pagi ada sebagian hamba-Ku beriman kepada-Ku dan ada yang sebagian yang kafir; Barangsiapa yang mengatakan: “Hujan yang turun kepada kita ini disebabkan bintang ini dan bintang itu, maka dia telah kafir kepada-Ku dan berfirman dengan bintang-bintang itu. Dan barangsiapa yang mengatakan: “Hujan yang turun kepada kami ini karena karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang-bintang itu.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Sedang terhadap orang yang percaya akan hal tersebut dengan mengirimkan atau memilih zodiak-zodiak tertentu yng sesuai dengan tanggal lahirnya, maka perhatikan penjelasan Rasulullah SAW kepada kita perihal ini.
Dari sebagian istri Rasulullah SAW, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, kemudian dia bertanya kepadanya tentang sesuatu dan dia mempercayai apa yang dikatakan, maka sholatnya tidak diterima selama 40hari.” (H.R Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a mudah-mudahan Allah SWT meridhainya, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barngasiapa yang mendatangi tukang ramal, kemudian dia mempercayai apa yang dikatakan, maka dia kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (H.R Abu Dawud)
Al-Imam Ibnu al-‘Arabi berkata, “Barangsiapa yang mengklaim, bahwa dia mampu mendapatkan penghasilan pada masa yang akan datang, maka dia telah kafir, atau dia mengabarkan perihal apa yang ada di ala mini, baik secara global atau terinci, akan terjadinya sesuatu atau tidak terjadi, tidak diragukan lagi akan kekufurannya.”
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin berkata, “Bertanya kepada tukang ramal atau semisalnya dikelompokkan menjadi beberapa macam: Pertama; Hanya sekedar bertanya , hal ini hukumya haram dan termasuk dosa besar, sebagaimana hadist Rasulullah SAW yang bersumber dari sebagian istrinya. Kedua; bertanya dan mempercayai apa yang dikatakannya, hal ini adalah kekufuran, karena mempercayai tentang hal ghaib berarti mendustakan al-Qur’an.
Mudah-mudahan kita selalu diberkahi oleh Allah SWT dengan rahmat-Nya untuk mewujudkan penghambaan kita kepada-Nya dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, dan ditetapkan dalam keimanan kepada-Nya.